Ceritanya ada seorang lelaki.
Di pagi hari, ia mengeluhkan kopinya yang pahit, ketika istrinya bilang harga gula naik, ia menyalahkan pemerintah yang nggak bisa mengontrol harga gula. Ketika melihat berita yang mengatakan kenaikan harga disebabkan melemahnya mata uang terhadap mata uang negara lain, ia menyalahkan negara lain yang dianggap terlalu berkuasa dan egois.
Dalam perjalanan ke kantor, udara di bus panas, ia mengeluhkan AC. Ketika dimarahi atasan karena laporan nya tidak beres, ia mengeluhkan teman sekantornya yang dianggap tidak memberi bahan laporan yang benar. Ketika ia lapar disiang hari dan tidak bisa membeli makanan ke luar, ia mengeluhkan istrinya yang tidak membawakan makan siang.
Pokoknya sepanjang hari ia mengeluh, mengeluh, mengeluh. Baginya semua hal negatif. Dan semua hal negatif dalam hidupnya terjadi karena kesalahan orang lain.
Upaya pemerintah mentertibkan lalu lintas, ia kritik. Upaya pemerintah memberi bantuan ke pengungsi, ia kritik. Bahkan berita tentang pengungsi yang meminta bantuan ke pemerintah pun ia kritik. Nggak ada yang benar dimata dia. Kecuali dia sendiri. Baginya semua hal itu negatif, walaupun sebenarnya ada hal positif nya. Tapi seolah-olah ia menutup mata akan hal yang positif itu.
Siang ini, ia mengeluh tentang harga tiket kereta yang mahal. Mencaci, ngomel-ngomel di sosial media tentang kebijakan yang aneh lah, pembodohan oleh petugas yang bilang harga naik untuk uang jaminan lah. Meminta petugas dicopot, dll.
Lalu ada seorang temannya yang komentar : 'beli tiket mahal, tapi setelah itu tiket bisa ditukar lagi dengan uang sebesar uang jaminan itu. jadi tidak ada yang dirugikan, tidak ada kenaikan sebenarnya. Toh jaminan juga diperlukan karena orang-orang suka semaunya dan susah diatur kalau mennyangkut angkutan masal. Ngerusak, dll. Jangan ngeluh mulu hidup lu bro'!
Jadi, kita mau jadi orang yang seperti apa? yang negative thinking terus, atau yang berusaha positive thinking? Think smart bro :D
0 comments:
Post a Comment