Pages

20 December 2013

Jakarta

Setelah 4 tahun kuliah diluar kota, dan biasanya cuma balik ke jakarta pas lebaran doang, sekarang saya menyempatkan diri untuk 'pulang kampung' ke tanah kelahiran. Membawa sebuah predikat 'sarjana' yang baru didapat, itung-itung nyantai dulu, balik ke rumah sambil cari-cari kesempatan mengadu nasib disini.

Lama dikota orang, jadi terpengaruh untuk ngebandingin Jakarta dengan kota lain, Bandung. Yah, walaupun sekarang juga 2 kota ini udah hampir sama dalam hal kemacetan, walaupun nggak separah Jakarta kalau menurut saya.

Trus, apa yang didapat dari hampir 2 minggu lebih balik kesini?, mmm, well, mungkin kata-kata yang saya dapat dari twitter teman bisa mengungkapkan semuanya :

"Jakarta is so not the ideal city to raise my future children in. It's crowded and polluted. And it's hard to keep up with the lifestyle."

Jakarta bukan cuma nggak ramah untuk anak-anak, tapi juga untuk orang dewasa. Walaupun saya berharapan besar dengan kinerja gubernur dan pemerintahannya untuk terus membuat Jakarta menjadi kota besar, rapi, ramah lingkungan, dan ramah sosial.

Setelah selesai kuliah, teman-teman, kakak kelas, banyak yang bercerita kalau mereka ke jakarta untuk kerja. Karena di jakarta peluang lebih besar, kesempatan lebih banyak, dan gaji lebih besar, dengan style hidup yang 'wah' sebagai ibukota negara. Jujur aja, sebagai fresgrad, pastilah pengen punya gaji yang besar sekaligus gaya hidup glamor. Saya juga. Tapi, sekarang mikir-mikir lagi. Okelah gaji besar, tapi apa orang-orang mikir kalau tekanan hidup disini juga besar banget?

Mungkin banyak juga yang beranggapan kalau saya pilih-pilih, idealis, banyak keinginan. Tapi boleh dong pilih-pilih, karena kerja kan bukan semata-mata nyari gaji aja, tapi juga mengembangkan diri. Gaji itu tujuan jangka pendek, tapi jarang orang yang planning hidupnya jangka panjang.

Oke, balik lagi ke awal, dilihat dari kemacetannya. Yakin, nggak ada yang ngalahin jakarta soal kemacetan. Sampai jalan tol pun macet!. Di daerah priuk (daerah yang sering disebut 'pinggiran' tanpa orang-orang sadarin, tanpa priuk, nggak akan ada barang ekspor impor juga), motor, mobil, angkutan umum, berdempet-dempetan sama kontainer yang gedenya berkali-kali lipat. 

Di Jakarta, macet bisa berjam-jam. Jarak yang sebenarnya bisa ditempuh cuma 20 menit naik mobil, bisa 2 jam lebih kalau macet.
Di Jakarta, mencoba hidup sederhana itu susah. Membiasakan diri ke kemana-mana naik angkutan umum, masalahnya macet, nggak nyaman, copet, belum lagi kalau pak supirnya nggak sabaran, tiap semenit nge-klakson, ngebawa mobil ugal-ugalan, serempet sana sini sambil teriak-teriak maki-maki. Nggak ada yang mau ngalah.
Di Jakarta, semua pemikiran bisa terbalik. Yang baik dianggap jahat, yang mau nolong dianggap minta pamrih, yang jalan kaki dianggap miskin karena nggak bisa beli mobil. Tapi sebaliknya, kalau menganggap orang lain baik, bisa-bisa kita ditipu mentah-mentah. Nggak bisa dibedain mana yangn jujur dan bohong. Batas salah dan bener juga udah mulai ilang.

Pengalaman saya diangkot selama 2 minggu ini. Pertama, naik metromini, pas saya bilang mau turun, abangnya nggak mau berenti. Jadi cuma ngelambatin kecepatannya sedikit. Waktu saya nggak juga turun karena saya nggak mau ibu saya jatuh (turun dari angkot yang masih jalan itu bahaya), saya malah dibentak supirnya "hah, lambat amat sih!!".
Dihari lain, saya jalan kaki dengan benar di trotoar, lebih tepatnya, apa yang tersisa untuk pejalan kaki di trotoar itu. Mengingat sekarang trotoar udah jadi lahan parkir dan tempat jualan pedagang bandel yang nggak mau pindah walaupun udah dikasih tempat yang lebih layak dengan alasan untungnya dikit. Lagi ditrotoar, tiba-tiba saya diusir tukang parkir dadakan karena ada mobil yang mau parkir dipinggir jalan. 
Nggak cuma itu, saya pernah diseruduk motor waktu lagi mau nyebrang. Tau kan bedanya pengemudi di Indonesia sama diluar negeri? kalau diluar negeri, lampu kuning, mereka siap-siap berhenti di belakang zebra cross, disini, lampu kuning mereka siap-siap tancap gas, kalau perlu, pura-pura berhenti sambil jalan pelan-pelan ngelewatin zebra cross biar bisa langsung ngebut. Seolah-olah nggak rela kalau didepannya ada jalur kosong untuk arah lain gantian.
Kenapa? ya karena disini, yang ngalah dianggap kalah. Kalau misalnya, kita ada dijalan sempit, tapi ada mobil dari arah berlawanan yang mau lewat. Akhirnya kita kasih kesempatan mobil itu lewat dulu, tapi setelah 10 menit, 15 menit, yang dari arah berlawan itu nggak mau gantian karena dianggap kita 'kalah'.

Nggak heran kenapa orang Jakarta sekarang dianggap individualistis. Gimana nggak, dengan kondisi keamanan, kemacetan, dll gitu, ibu manapun pasti akan protective ke anaknya. Anaknya mungkin akan selalu ada dirumah dengan gerbang tinggi, nggak kenal tetangga, bahkan sekolah pun dirumah. Apa-apa disediakan dirumah. Lambat laun si anak jadi orang dewasa yang nggak tau cara bersosialisasi. Begitu terus kaya mata rantai.

See? nggak heran kalau banyak yang silau sama gemerlap kota Jakarta, tapi saya setuju, buat orang yang cuma modal nekat, mending pikir-pikir lagi. jakarta nggak seindah yang orang bilang kok. kenapa nggak balik ke daerah masing-masing, majuin daerah sendiri.

Emangnya enak kalau kekantor sehari-hari aja kita perlu berjam-jam cuma untuk perjalanan bolak balik kantor-rumah? pulang kerja jam 5 sore, tapi baru sampai rumah jam 10 malem, belum stres nya dijalan, denger klakson nggak berhenti-henti, teriakan sana sini. Yang ada, nantinya anak jadi korban, nggak pernah tau kedekatan sama orang tuanya, dll.

Saya takut nantinya saya kehilangan banyak waktu dengan keluarga. Kalau uang, saya yakin dimana aja Allah ngasih rezeki, tapi keluarga, nggak bisa digantikan. Saya akan merasa bersalah kalau anak saya nantinya lebih dekat ke baby sitter, atau orang tua saya memilih tinggal jauh dari saya.

Semoga kota kelahiran saya ini bisa terus memperbaiki diri. Warga nya jadi warga yang mau memimpin dan mau dipimpin. Nggak cuma banyak maunya tapi nggak mau ngikutin peraturan yang ada. Semoga ^^


18 October 2013

How To Be Happy

How to be happy in this life.

1. Free your mind from worries
2. Free your heart from hate
3. Live simply
4. Give more
5. Expect Less


Jangan pernah membandingkan apapun yang terjadi di dalam hidupmu dengan kehidupan orang lain.

Jangan pernah menyalahkan siapapun atas apapun yang terjadi di dalam hidupmu.

17 September 2013

A Little Thing Called 'Love'

A Little Thing Called Love memang judul salah satu film yang pernah aku tonton. Dari judulnya aja, udah berasa makna nya yang 'dalem'.
Tapi, sekarang aku nggak lagi pengen ngebahas tentang film Thailand ini (and, yeah, aku akuin, banyak film-film romantis menyentuh hati dari Thailand yang nggak kalah sama film korea).

Yang buat aku penasaran dan kagum, justru iklan-iklan nya (kebanyakan iklan asuransi sih). hehehe.
Setelah banyak yang nge-share link di sosmed, mulailah aku iseng-iseng liat-liat. Dan terkagum-kagum sama iklan yang lucu, unik, bahkan sedih. Serunya, iklan-iklan ini kaya bisa menceritakan hal-hal yg kecil dengan cerita yang 'wah'. Idenya suka nggak kepikiran, atau sebenernya kepikiran, tapi nggak meninggalkan kesan mendalam. Bahkan terkadang cuma sebatas iklan sampo, asuransi, atau bank.

Liat beberapa iklannya, terutama yang sedih-sedih, seperti nyeritain banyak hal. Yak, hal kecil yang suka nggak kita sadari. 'Love'. Cinta orang tua ke anak, cinta kepada sesama.

And then, mulai lah aku berburu iklan-iklan atau bisa dibilang short movie kali yah, yang menurut aku maknanya cukup dalem.

1. Dad, wherever you go...




2. Silent Love




3. Dad's love




4. Value of Life




5. Giving





6. My first and my last





7. Que sera sera




When I was just a little girl
I asked my mother
What will I be
Will I be pretty
Will I be rich
Here's what she said to me

Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be

When I grew up and fell in love
I asked my sweetheart
What lies ahead
Will we have rainbows
Day after day
Here's what my sweetheart said

Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be

Now I have Children of my own
They ask their mother
What will I be
Will I be handsome
Will I be rich
I tell them tenderly

Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be
Que Sera, Sera


dan yang terakhir,,,
27 August 2013

Jangan Ngeluh

Ceritanya ada seorang lelaki.

Di pagi hari, ia mengeluhkan kopinya yang pahit, ketika istrinya bilang harga gula naik, ia menyalahkan pemerintah yang nggak bisa mengontrol harga gula. Ketika melihat berita yang mengatakan kenaikan harga disebabkan melemahnya mata uang terhadap mata uang negara lain, ia menyalahkan negara lain yang dianggap terlalu berkuasa dan egois.

Dalam perjalanan ke kantor, udara di bus panas, ia mengeluhkan AC. Ketika dimarahi atasan karena laporan nya tidak beres, ia mengeluhkan teman sekantornya yang dianggap tidak memberi bahan laporan yang benar. Ketika ia lapar disiang hari dan tidak bisa membeli makanan ke luar, ia mengeluhkan istrinya yang tidak membawakan makan siang.

Pokoknya sepanjang hari ia mengeluh, mengeluh, mengeluh. Baginya semua hal negatif. Dan semua hal negatif dalam hidupnya terjadi karena kesalahan orang lain.

Upaya pemerintah mentertibkan lalu lintas, ia kritik. Upaya pemerintah memberi bantuan ke pengungsi, ia kritik. Bahkan berita tentang pengungsi yang meminta bantuan ke pemerintah pun ia kritik. Nggak ada yang benar dimata dia. Kecuali dia sendiri. Baginya semua hal itu negatif, walaupun sebenarnya ada hal positif nya. Tapi seolah-olah ia menutup mata akan hal yang positif itu.

Siang ini, ia mengeluh tentang harga tiket kereta yang mahal. Mencaci, ngomel-ngomel di sosial media tentang kebijakan yang aneh lah, pembodohan oleh petugas yang bilang harga naik untuk uang jaminan lah. Meminta petugas dicopot, dll.

Lalu ada seorang temannya yang komentar : 'beli tiket mahal, tapi setelah itu tiket bisa ditukar lagi dengan uang sebesar uang jaminan itu. jadi tidak ada yang dirugikan, tidak ada kenaikan sebenarnya. Toh jaminan juga diperlukan karena orang-orang suka semaunya dan susah diatur kalau mennyangkut angkutan masal. Ngerusak, dll. Jangan ngeluh mulu hidup lu bro'!

Jadi, kita mau jadi orang yang seperti apa? yang negative thinking terus, atau yang berusaha positive thinking? Think smart bro :D

May I Ask?

Dulu waktu saya masih SMP, di sebuah angkot, ada ibu-ibu yang duduk di depan saya. Posisi saya di belakang abang supir angkot mikrolet.
Ibu- ibu : Neng kalau daerah A itu dimana ya?
awalnya saya males ngejawab, bukan apa-apa, karena saya sendiri nggak begitu tau letak daerah A itu dimana. Maklum, saya mengidap penyakit susah menghapal jalanan, tempat, atau nama orang yang baru dikenal.
Saya : Kayanya sebentar lagi Bu
Ibu-ibu : Oooh, iyah iyah

Nggak berapa lama kemudian, si Ibu bertanya lagi
Ibu-ibu : Neng, sebentar lagi ya?
Saya : Iya bu kayanya.

Terdiam sebentar dan kemudian si Ibu nanya lagi, mungkin karena nggak puas dengan jawaban saya. Saya nya nggak bisa ngasih tau letak yang tepat dimananya si Ibu harus turun (daerah A).

Setelah si Ibu nanya untuk yang ketiga kali, tanpa menjawab pertanyaan si Ibu, saya langsung bilang ke supir angkotnya : 'bang, nanti di daerah A, kiri.' (maksudnya menepi)

Maksud saya supaya ibunya betul-betul bisa turun di daerah A. Dapet keterangan yang jelas tentang dimana daerah A itu, dan pastinya supaya abang angkot tau ada yang mau turun di daerah A, jadi si Ibu nggak bakal nyasar. Daripada saya kasih info yang nggak jelas.

Entah kenapa, tersinggung atau bagaimana dengan sikap saya, si Ibu langsung bilang dengan nada sedikit ketus : 'ya maaf sih Neng, saya bukan orang sini. Nggak tau daerah sini. Makanya banyak nanya-nanya.'

Ups, langsung ada perasaan nggak enak dihati saya. Maksud saya supaya nggak menyesatkan orang lain dengan info yang saya nggak tau pastinya, tapi ternyata cara saya malah menyinggung orang lain.

Sejak itu saya berjanji dalam hati, kalau ada orang atau teman yang bertanya, sebisa mungkin saya cari tau dulu jawabannya. Paling tidak saya punya info. Nggak menolak menjawab sama sekali. Maksudnya supaya nggak mengecewakan. Kalaupun saya ragu dengan jawaban saya, saya akan bilang terus terang supaya orang atau teman saya itu juga nyari info lain ke sumber lain yang bisa menguatkan atau membantah info saya. Tapi paling tidak, saya menjawab.

Contohnya hari ini, ada seorang teman yang bertanya angkutan ke jakarta. Walaupun saya orang jakarta, terus terang saya nggak apal sama sekali jalanan disana. Tapi saya berusaha mencari info di website, maps, tanya ke teman lain, dll. Intinya saya berusaha memberi masukan. Saya cari di maps, dimana letak daerah tujuan teman saya itu, lalu saya cari trayek bus-bus yang kira lewat situ, atau turun nya dimana supaya nggak kejauhan menuju daerah sana. Saya berusaha menberi info yang lengkap (walaupun nggak akurat). Makanya saya juga bilang ke temen saya itu untuk nanya lagi ke petugas terminal untuk memastikan trayek nya sebelum naek angkutan tersebut.


Dan teman yang bertanya itupun menghargai masukan saya. Di dalam hati ada perasaan senang juga. 
Bandingkan dengan misalnya, saya bertanya ke orang lain, dan orang lain itu cuma menjawab : 'cari sendiri'.
atau si orang memberi link, bahan , atau apapun yang harus saya cari tau sendiri. Saya lagi bingung, dikasih jawaban yang malah tambah bingung. hehehe.

Sebenernya hampir sama dengan kasus kuesioner. Pas saya mengerjakan skripsi dulu, saya perlu menyebar kuesioner sampai ke 200 orang. Coba bayangkan rasanya ketika saya harus berdiri di depan pintu, membagikan, menjelaskan, dan meminta satu per satu ke orang-orang untuk mengisi kuesioner saya. Tapi ketika acara sudah selesai dan saya masuk ruangan untuk mengumpulkan kuesioner saya, yang saya temukan adalah kertas-kertas kuesioner saya bertebaran di lantai begitu saja, ada yang hanya dilipat, dibuat kipas-kipasan, atau tak berbentuk. Dan kosong. Tidak terisi.


Pernah baca kata-kata salah satu motivator terkenal. Ada yang bertanya ke Beliau dan dijawab : 'sudah banyak, cari dulu '. Intinya Beliau bilang kalau jangan suka banyak nanya sebelum cari info sendiri. Kalau sudah ada infonya entah di web, dll, kenapa harus bertanya lagi?. Kenapa nggak nyari dulu jawabannya?.

Oke, saya setuju nggak setuju dengan pernyataan ini. Untuk masalah mencari info sebelum bertanya, saya maklum. Saya juga nggak suka dengan orang yang banyak nanya, padahal menurut saya jawabannya mudah atau bisa dicari sendiri. Buat apa ada goog** dll?. Mungkin merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan ngga penting itu. Usaha sendiri dulu sebelum nyerah dan minta tolong orang lain. Oke, maksudnya bagus.

Tapi coba bayangkan, kalau semua dianggap bisa dicari, buat apa ada dosen? bayangkan kalau semua dosen ketika ditanya bilang : 'cari sendiri, semua ada dibuku'. Padahal kita bertanya karena nggak ngerti maksud di buku itu apa. bayangkan ketika kita tanya tentang cara menuju daerah A ke temen, dan temen kita cuma kasih link yang isinya trayek angkutan. Padahal boro-boro kita ngerti misalnya terminal A itu dimana, trus A itu lokasinya sebelum atau sesudah si angkot turunin penumpang di terminal B. Atau, masa kita mau bilang ke adek kita yang tanya tentang rumus segi tiga untuk nyari sendiri di internet?.

Saya setuju dengan 'sebelum tanya, usaha dulu sendiri dong'. Tapi saya juga suka dengan 'kalau ditanya, usaha dulu untuk menjawab, jangan malah nyuruh nyari sendiri. Kasian orang yang nanya'
Misalnya, temen kita nanya kelurahan dimana, karena kita juga nggak yakin, paling nggak kita ngasih saran untuk tanya ke Pak RT yang rumahnya di blok sebelah. Anterin kalau memang dia juga nggak tau rumah pak RT. Jangan cuma dibilang : 'tanya pak RT aja', trus ngebiarin dia kebingungan nyari-nyari rumah pak RT sendirian. Orang yang bertanya pun pasti akan berterima kasih dengan usaha kita memberi saran dan masukan.


Apakah saat ini orang-orang sudah sebegitu 'sibuk' dengan urusan masing-masing, sehingga untuk menjawab pertanyaan pun keberatan? atau merasa super dan terancam jika harus berbagi pengetahuan ke orang lain? Entahlah. 





26 July 2013

Yang Muda Nggak Dipercaya

Alhamdulillah, finally, resmi sudah menjadi salah satu pengangguran di Indonesia. Setelah masa kuliah tepat 4 tahun, akhirnya dapet juga gelar S.T itu.

Dulu, pas lulus SMA, pertanyaan yang sering didenger adalah "mau kuliah dimana?", pas udah kuliah ditanyain "kapan lulus?", setelah lulus kuliah, pertanyaannya ganti jadi "udah kerja belom?, kerja dimana?", dan ntar kalau udah kerja, jadi "kapan nikah?".

Sebagai freshgrad, mungkin sering banget dikasih pertanyaan-pertanyaan "mau kerja dimana?". Dan jujur aja sebagai freshgrad, aku juga ngerasa was-was ketika pertama kali harus masuk ke dunia baru, iya, dunia kerja.

Trus, apa hubungannya freshgrad sama judul tulisan ini?
Jadi begini ceritanya, inget sebuah iklan (rokok kalo ga salah), yang ceritanya tentang anak muda yang kalau ngomong selalu dipandang sebelah mata.

Mungkin banyak pandangan tentang anak muda yang 'belum bisa apa-apa', atau 'nggak ngerti apa-apa', 'nggak ada pengalaman'. Orang-orang masih banyak yang memandang sebelah mata, bahkan bisa jadi meremehkan pendapat anak muda.

Aku sendiri pernah punya pengalaman, ketika terlibat dalam sebuah proyek yang mayoritas bapak-bapak, aku pernah ditanya "IPK nya berapa?", "itu IPK tinggi-tinggi, asli atau palsu tuh?", "pernah diajar sama dosen A?, jangan-jangan nilai A nya berlimpah gara-gara dosen A", "SMA nya dulu dimana?", "mmmm, SMA nya nggak terkenal ya"

Sebagai 'anak bawang', waktu itu aku mikirnya ya namanya juga bapak-bapak, dan pendidikan beliau beliau juga udah S2, aku mungkin belum ada apa-apanya dibanding beliau beliau itu.

Tapi kalau dipikir mendalam, walaupun nggak selalu ya, tergantung lingkungan kerja dan pribadi masing-masing juga. Memang nggak jarang yang namanya anak-anak muda itu 'kurang didengar' atau 'kurang dipercaya'.


11 June 2013

Nostalgia Soundtrack Drama Korea - Jepang

Lagi seneng nyari-nyari musik instrumental. Malah nostalgia lagu-lagu drama Korea dan Jepang. Oiya, video-video dibawah ini cuma musik aja, ngga ada video clip nya.. Abis denger lagu-lagu ini, jadi pengin bisa main piano ^^

1. Endless Love


2. 1 Litre of Tears






3. Ienakiko (Rindu-Rindu Aizawa) ---> Film drama Jepang pas zaman masih kecil :D


08 June 2013

Just Give Me a Reason

Setelah lagu Grenade dan Impossible yang kembali sering terdengar di radio setelah dinyanyiin artis-artis X Factor Indonesia, sekarang giliran lagu nya Pink - Just Give Me a Reason yang sempet dinyanyiin Novita dan Alex gantian diputer di radio-radio :)


12 May 2013

Buat Mama, dari Aku, si mahasiswa tingkat akhir

Ma, gimana kabar sekeluarga di rumah, baik-baik kah?
Nggak terasa hampir 4 tahun aku merantau. Jauh dari rumah, Jauh dari mama.
Inget dulu, saat masih jadi mahasiswa baru. Betapa sulitnya beradaptasi di awal. 
Ngga ada masakan mama waktu pulang kuliah, nggak ada mama yang menyambut saat balik ke kosan.
Ngga ada mama yang tersenyum dan menanyakan kegiatan aku hari ini.

Tahun-tahun kedua, aku mulai bisa menikmati kuliah. Udah punya temen, udah terbiasa mengurus segala sesuatu sendiri. Mulai menikmati suka duka tugas-tugas kuliah. Menikmati masa-masa paling nyaman. Ditengah-tengah. Iya ma, seperti kelas 2 SMA dulu. Masa-masa paling nyaman. Ditengah-tengah. Udah bisa beradaptasi, nggak seperti anak baru, tapi juga belum pusing mikirin ujian nasional, dll.

Ma, sekarang aku udah di tahun terakhir aku kuliah. Tingkat 4. Usia aku juga udah kepala 2. Udah bukan anak 17 tahun lagi yang apa-apa selalu minta ditemenin. Sekarang aku udah besar. 
Tapi nggak tau kenapa ma, semakin kesini, aku ngerasa semakin berat. Udah banyak pikiran yang ada di otakku. Dan aku ngerasa nggak punya cukup kekuatan buat ngehadapin itu.

Sekarang aku mahasiswa tingkat akhir Ma, sedang sibuk dengan Tugas Akhir. Maaf kalau aku jadi jarang hubungin mama dirumah.
Aku suka ngerasa berat nyeleseiin ini Ma, kadang malas, kadang ngerasa stuck, down, dan malas buat ngelanjutin. Kadang aku lebih suka nyari pelarian dan menunda-nunda. Aku lebih suka jalan-jalan atau ngelakuin kegiatan lain daripada ngerjain Tugas Akhir yang bikin kepala aku pusing. Dengan jalan-jalan aku bisa having fun, ngelupain Tugas Akhir ini.

Tapi hari ini tiba-tiba kebayang muka mama. Mama yang udah bersusah payah supaya aku bisa kuliah sampai sekarang. Mama yang selalu berdoa buat aku walaupun aku jauh disini. Mama yang selalu nyemangatin aku.

Keinginan-keinginan aku mungkin banyak, aku mau lari dari Tugas Akhir ini dalam waktu yang nggak bisa aku tentuin. Aku mau ini dulu, aku mau itu dulu. Aku selalu menunda-nunda ini karena ngerasa ini susah buat aku.

Tapi aku lalu sadar. Mimpi-mimpi mama lebih penting buat aku. Aku tau mama berkeinginan melihat anaknya ini diwisuda dan segera bisa mendapat pekerjaan yang layak. Aku tau mama bermimpi anaknya yang mulai dewasa ini menyelesaikan kuliahnya dan benar-benar mendapat gelar. Aku tau mimpi-mimpi mama itu. Tak peduli  berapa rupiah dikeluarkan, bagi mama, melihat aku diwisuda adalah hal yang membanggakan. Tak peduli predikat mahasiswa terbaik, cumlaude, atau apapun.

 Dan buat aku sekarang, mimpi mama itu lebih penting dibanding keinginan-keinginan sesaat aku. Buat aku, yang terpenting saat ini adalah mewujudkan mimpi-mimpi mama, dan Insya Allah, segera mengumpulkan uang supaya bisa membawa mama dan keluarga ke tanah suci. Buat aku, ngelihat mama tersenyum ketika aku memakai toga adalah pelepas semua lelah mengerjakan ini. 


Aku tau ma, masih banyak orang yang bahkan ngga punya biaya untuk kuliah. Karena itu, aku nggak mau ngecewain mama. Aku akan berusaha. Mimpi-mimpi mama akan jadi penerang ketika aku ngerasa sedang jatuh. Mimpi-mimpi mama akan jadi penguat ketika aku mulai ngerasa lemah. Dan mimipi-mimpi mama yang akan selalu jadi penyemangat ketika aku merasa malas.



Thanks God!

"Tuhan menganugerahi aku kekuatan dan kebesaran hati untuk menerima hal-hal yang tidak bisa diubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa aku ubah, dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya".

Sejak dulu aku terbiasa dengan nasehat untuk jangan selalu memandang ke 'atas', tapi lihatlah ke 'bawah' supaya kita merasa menjadi orang yang beruntung dan senantiasa bersyukur. Tapi sekarang, aku kira perlu untuk memandang ke 'atas', agar kita termotivasi untuk bisa mencapai atas.

Nasehat untuk selalu memandang ke bawah, ke orang-orang yang tidak seberuntung kita, mungkin nggak ada salahnya juga. Dengan membandingkan, walaupun bukan dengan niat membanding-bandingkan, kita akan sadar bahwa masih banyak orang yang kehidupannya tidak seberuntung kita. 

Disaat kita mengeluh betapa kurang empuknya tempat tidur kita, maka terbayang bahwa diluar sana masih banyak anak-anak kecil, sekeluarga, yang tidur hanya dengan beralaskan tanah.
Disaat kita mengomentari betapa jeleknya rumah kita, maka teringat bahwa diluar sana masih banyak orang yang tinggal beratapkan langit. 
Anak-anak yang hanya bisa menggantungkan asa setinggi langit untuk bisa mencicipi sekedar bangku sekolah dasar tanpa punya kesempatan untuk membuat mimpinya nyata. Tentu dirasa tak sebanding dengan kita, anak-anak yang paling tidak punya sedikit uang berlebih untuk berselancar di dunia maya, disaat anak-anak lain bahkan tidak punya sepeser pun untuk makan.
Disaat kita masih punya waktu untuk merencanakan mimpi-mimpi dimasa depan, diluar sana banyak orang yang hidup hanya uuntuk hari ini. Berfikir bagaimana menjalani hari ini tanpa punya waktu memikirkan hari esok.

Dan disinilah hidup mengajarkan arti bersyukur.Dengan melihat kebawah, ke orang-orang yang hidupnya tidak seberuntung kita. 

Lalu dimana hidup mengajarkan arti keberanian?
Tentu Tuhan selalu punya cara. Semua orang diciptakan berbeda agar manusia bisa belajar satu sama lain. Dari orang yang kurang dibanding kita, kita bisa melihat sudah seberapa banyakkah kita bersyukur. dan dari orang yang lebih dibanding kita, kita bisa belajar tentang keberanian. Ya, keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa diubah. 

Dari orang-orang hebat kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik. Dari orang-orang sukses kita bisa belajar bagaimana mencapai kesuksesan. 

Dengan melihat orang-orang di 'atas', seharusnya bisa menjadi motivasi sekaligus semangat bagi kita. Bahwa kita bisa, kita mampu untuk mencapai tingkatan yang sama.

See? Tuhan kadang hadir dengan cara yang tidak terduga. Disaat kita meminta kekuatan, Tuhan hadir memberi ujian agar kita belajar kuat. 
Melihat ke bawah bukan untuk menyombongkan diri, dan melihat ke atas bukan untuk menyesali diri sendiri. Itulah mengapa Tuhan menganugerahi manusia kebijaksanaan untuk bisa membedakan keduanya.
07 May 2013

Kisah Tilang Polisi Lalu Lintas

Selama ini aku udah banyak denger tentang kasus tilang dari orang-orang, temen-temen, yang cerita langsung atau sekedar sharing di sosial media. Udah sering juga baca/liat tentang tilang menilang dari berita-berita. Yang bisa aku tangkep adalah, tilang menjadi sebuah hal yang menakutkan bagi orang-orang, bukan karena melanggar lalu lintasnya, tapi karena keharusan membayar uang ke petugas yang menilang. Jalan-jalan kemana-mana nggak lagi ngerasa nyaman karena bisa aja tiba-tiba ditilang tanpa ada alesan yang jelas. Mau membela diri juga ngga bisa karena dengan semena-menanya pak polantas itu langsung nyuruh tanda tangan atau menawarkan sejumlah 'nominal' damai. Bikin males nggak sih?

Yup, kasus tilang menilang memang bukan hal baru, belum lama Indonesia digemparkan video youtube tentang polisi lalu lintas yang minta uang 'damai' sekaligus mengajak seorang turis asing minum minuman keras di pos polisi, Bali. Banyak opini kalau kegiatan tilang menilang yang dilakukan polantas semata-mata merupakan contoh 'mencari uang tambahan'. Ada juga yang jelas-jelas bilang kalau itu korupsi jalanan.

Pengalaman pertama berhubungan dengan kasus tilang menilang itu waktu dulu, jadi kejadiannya hari minggu, kebetulan temen aku dari Jakarta ada keperluan di Bandung bareng keluarganya bawa mobil. Teman aku itu dan keluarga nya lalu ngajak aku jalan-jalan ke mall. Pulang dari mall, mereka sekeluarga nganterin aku dulu ke kosan baru balik ke Jakarta. Nah, dalam perjalanan balik dari mall ke daerah kosan aku itu, disebuah jalan raya, tiba-tiba ada polantas yang nyuruh Papa nya temen aku buat minggir ke tepi. Dan beginilah percakapannya :

Papa temen aku : " Ada apa pak?"
Polantas       : "maaf pak, bapak mau kemana?"
Papa temen aku : " mau ke daerah X pak "
Polantas      : "ooh, kalau mau ke daerah itu nggak boleh lewat sini pak, bapak dari jakarta?" (sebelumnya pak polantas udah tau kalau mobilnya plat B.
Papa temen aku  : "iya saya orang jakarta, tapi abis dari mall ..., kenapa nggak boleh? tadi saya liat rambu jalan, ke daerah X bisa belok sini kok "
Polantas      : "maaf pak, tapi kalau ke daerah X ngga boleh belok sini, mending kita ke pos aja dulu pak"
Papa temen aku   : "Lah, tapi kenapa pak? salahnya dimana? di rambu juga dibolehin kok lewat sini. apa karena saya plat B? lah, itu banyak mobil plat B belok sini kenapa ngga diberhentiin juga?"
Polantas          : (tetep ngotot dengan alasan ke daerah X ngga boleh lewat sini) "maap pak, ayo kita selesaikan di pos"
Papa temen aku  : "Lah, saya ngga mau kalau saya ngga tau salahnya apa. kalau memang ke daerah X nggak boleh lewat sini, kenapa peraturan di rambunya nggak melarang? trus kenapa bapak nggak nanyain semua mobil yang belok sini mereka mau ke daerah mana?"
Polantas         : (tetep ngotot ngajak papa temen aku buat ke pos).

Aku yang duduk dibelakang tetep bisa ngedenger percakapan itu, dan mulai ngerasa heran, kenapa pak polantas ini nggak memberi keterangan jelas dan masuk akal tentang kesalahan. Kenapa tiba-tiba nilang. Agak janggal, apalagi si pak polantas ngotot banget minta ngomonginnya di pos. Seolah-olah nggak mau ada orang lain yang dengar percakapan itu.

Kejadian kedua :
Aku dan si aa' baru balik dan dalam perjalanan pulang naek motor. Kita ngelewatin jalanan yang kanan kirinya rumah-rumah besar (ngga tau kantor atau rumah pribadi). Jadi sebenarnya jalanannya itu pendek, kaya jalan penghubung gitu (bayangin huruf H, nah, jalan yang kita laluin itu kaya tanda - yang hubungin satu garis ke garis lain. Pas udah di tengah-tengah jalan itu, tiba-tiba ada mobil polisi yang berhentiin motor kita dan langsung minta keluarin STNK dan SIM. Aku nggak tau itu bapak petugas polantas atau apa lah divisinya di kepolisian, yang jelas pake jaket polantas.

Petugas A          : "maaf, mas mau kemana?"
Aa'                : "pulang pak, ke daerah X"
Petugas A          : "tau nggak kalau jalan sini satu arah?"
Aa'                : "wah, maaf ngga tau pak, tandanya dimana?"
Petugas A      : "itu di depan jalan sana ada, tau nggak forbiden?"


dan gitu-gitu yang intinya memojokkan kalau kita salah. Nggak mau tau alesan kita. Nah, petugasnyanya tuh ada dua, yang satu lagi meriksa SIM dan STNK si aa', satunya lagi nyamperin aku.



Polantas A          : "ini SIM ngga bikin di daerah sini?"
Aa'                : "iya pak, saya orang luar jawa, sedang urus KTP dan surat-surat lain buat pindah ke daerah sini"


Ups, yang aku bingung, emang ngga boleh ya, bawa kendaraan di daerah A, tapi SIM nya bikin di daerah B, apa ada yang salah?. Nah, si pak polantas tuh kaya mempermasalahkan SIM itu dibikin dimana.



Aa'               : "saya baru urus KTP sini Pak, kan kalau bikin SIM harus sama data-datanya sama KTP"
Polantas A       : (tetep acuh) "udah kamu tanda tangan dulu sini" (sambil ngotot) 

Aa'                : "lah, jadi salah saya gara-gara forbiden ato gara-gara SIM pak?. Kalau ngurus SIM juga kan nggak bisa sehari dua hari pak"

Polantas A          : (dengan nada sok tau dan menggurui) "bikin SIM itu ngga nyampe berminggu-minggu, sehari dua hari jadi"

Aa'                 : "Lah, ngga pak, kata temen saya...." (belom juga selesai ngomong)

Polantas A          : "Temen? Jadi kamu bikinnya nembak?"



Laaaaah,,, makin bingung aja aku, kok bapaknya kaya nyari-nyari kesalahan gitu sih. Lagian aku mikir, kalau bikin SIM baru, emang sehari dua hari jadi? kok malah bapaknya yang nuduh pake joki? padalah kan kalau 'jujur' bikin SIM, harus ada tes ini itu, administrasi. Bisa gitu sehari dua hari?. Yang saya pernah denger dari orang-orang dekat sih, kalau jujur malah ngga dilulus-lulusin, harus ulang berkali-kali, dan lama, makanya banyak orang milih nembak supaya dicepetin dan langsung lulus. *buat yang pernah bikin SIM dengan jujur sejujur-jujurnya lewat prosedur yang berlaku, harap pencerahannya ya


Sementara itu aku berusaha memulai percakapan dengan si Polantas B

Aku              : "itu arti tanda disebelah kanan apa pak?" (aku lupa apa tulisannya, entah shabara atau apa. Aku tanya-tanya soalnya secara Papa aku juga polisi -tapi bukan polantas-)
Polantas B       : (Bukannya jawab dengan betul dan serius, malah bilang) "ini artinya sabar dan ceria, hahahah"

Eeewww,,, ilfil aku, ini petugas kaya nggak ada wibawa-wibawa nya banget.

Aku               : "ini jalan forbiden pak? kok saya sering liat dipake dua arah. Tandanya dimana?"
Polantas          : " adek mahasiswa? mau ke mall X atau kemana?" (nyebutin mall yang deket situ)

Dalam hati aku, "mengalihkan pembicaraan nih bapak". Ditanya apa balik nanya yang laen, dan nggak ramah sama sekali.

Aku               : "kan tadi udah dibilang saya mau balik pak, ke daerah X. Ada tandanya ngga pak? " (aku tetep ngotot nanya)
Polantas           : " Ada di depan jalan sana"
Aku               : "Trus kenapa bapak jaga nya disini? ditengah-tengah, kenapa nggak diujung sana supaya nggak ada orang yang ngelanggar tandanya?"

dan si bapak lagi-lagi ngalihin pembicaraan dengan bilang disini tuh satu arah soalnya daerah jalan sana menyempit, adek kalo lewat sini bisa oleng motornya. banyak kecelakaan.Saya juga tadi baru nilang orang yang lewat sini.

Aku              :" ya kalo banyak kecelakaan, sering dijagain dong Pak, jangan cuma sekali dua kali aja dipatroliin"

Bapaknya ngga peduli sama omongan aku, terus aja ngotot disitu ngga boleh lewat.

Pas balik menuju 'arah yang benar', aku dan Aa' nyari tanda forbiden. Tapi, tandanya itu udah ketutupan daun-daun pohon rumah-rumah gede yang ada disitu, tanda nya udah dicoret-coret dan diletakin ditempat yang ngga gampang keliatan kalau ada kendaraan yang mau belok kanan ke jalan itu.

Bukannya nggak mau ikut peraturan. Tapi ya aneh aja, dimana tugas polisi yang katanya mengayomi? apalagi polisi lalu lintas yang berhubungan langsung sama masyarakat disekitar. Kenapa seolah-olah nyari pendapatan lain dengan cara tilang menilang dan mengada-adakan kesalahan orang?. Ya kaya yang aku bilang ke bapaknya "kenapa nggak jaga di depan supaya mengingatkan orang-orang agar nggak melanggar?" 
kenapa seolah-olah menjebak, jaga ditengah-tengah supaya dapet banyak 'mangsa'.

Aku yakin peraturan dibuat pasti ada alesan dan niat baik dibaliknya. Tapi yang lebih penting lagi buat aku adalah peran petugas-petugas itu yang seharusnya mensosialisasikan peraturan yang ada. Istilahnya 'mengingatkan' sebelum ada kejadian pelanggaran. Bukannya membiarkan sampai ada pelanggaran yang terjadi trus mengambil kesempatan buat nyari keuntungan dari situ. 
Atau kalau nggak, bagaimana caranya supaya peraturan itu dilakukan dengan benar dan jelas, jadi ngga ada kesempatan untuk "nyari-nyari kesalahan" atau "nyari-nyari pembenaran" buat yang bersalah. Kaya misalnya kejadian tanda rambu-rambu tadi, gimana bisa dilihat jelas kalau rambunya ngga layak? kaya misalnya ada mobil tabrakan gara-gara lampu lalu lintas nya eror, itu nggak bisa semerta-merta langsung nyalahin pengendara mobil. Tapi evaluasi juga, rambu nya memadai ngga?, peran petugas dimana? jangan cuma patroli didaerah-daerah sepi, tapi juga didaerah-daerah yang sering macet, jalan raya yang rambunya kurang juga harus diperhatikan. 

Dengan banyaknya kejadian kaya gini, nggak heran kalau masyarakat jadi kehilangan rasa hormat terhadap petugas dan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Di pikirannya mungkin bilang "buat apa ikutin peraturan, petugasnya aja gampang dibayar"
Ada juga yang mikirnya mungkin males berlarut-larut ke meja sidang (walaupun sebenarnya ngga salah), jadi memilih untuk damai ditempat. Ini yang namanya lingkaran setan. Petugasnya kaya gitu, masyarakatnya kaya gitu, dan pola pikirnya kaya gitu.

Btw, pernah dapet juga cerita dari seorang guru pas SMA dulu, si ibu waktu itu ditilang karena petugas bilang melanggar lampu merah. Lagi-lagi tempatnya bukan ditempat ramai, bukan jalan raya utama. Dan lampunya pun ketutupan pohon rindang. Karena si ibu ngga mau damai ditempat, si ibu bilang "saya mau sidang aja". Maksud si ibu supaya di persidangan beliau juga bisa komplain kalau rambu-rambunya memang nggak diatur dengan baik. Nyaranin supaya ngga ada pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang berujung kecelakaan juga.
dan si Ibu cerita, kalau pas sidang itu, nggak seperti yang beliau bayangkan. Jadi proses sidangnya itu kaya si hakim bilang "anda bersalah karena ......., silahkan bayar denda sebesar.......". Jadi di persidangan pun orang-orang dipaksa untuk mengakui kalau ia bersalah. nggak ada pembelaan diri. Persidangan lalu lintas cuma buat 'mengiyakan' kesalahan  dan bayar denda. Aku pikir, Laaaah, apa bedanya ini mah?? 

Nggak bisa disalahkan juga kalau kejadian kecelakaan lalu lintas makin banyak. Faktor manusia nya kurang baik, bagaimana bisa baik kalau anak umur 15 tahun pun dengan gampang bisa punya SIM dengan nembak? bagaimana bisa baik kalau nggak ada efek jera dari peraturan, atau petugas yang mengajak ke peraturan yang benar?.

Pada intinya segala hal itu sistem, memang ngga mudah kalau ingin memperbaiki sistem. Satu hal berubah, harus ada perubahan di sisi lain karena saling mempengaruhi. Semoga kedepannya ngga cuma peraturan yang dibuat dengan niat baik, tapi juga pelaksanaannya, petugasnya, pengawasnya, dan masyarakat sebagai pelakunya, semakin sadar untuk membuat bangsa ini semakin besar dan semakin baik. Nggak akan ada perubahan kalau nggak ada yang berani berubah, kalau semuanya berharap orang lain berubah terlebih dahulu. Semoga semua pihak sadar akan hak dan kewajibannya masing-masing, sadar akan peran dan tugas yang diberikan.

Mohon maaf kalau ada yang tersinggung dari tulisan aku ini. Sekali lagi, aku ngga men judge semua polantas pasti kaya gitu. Semua polisi pasti kaya gitu. Hanya mungkin oknum-oknum tertentu. Makanya supaya nggak makin banyak oknum, aku mau semua orang sadar bahwa setiap masalah bisa jadi nggak cuma satu dua orang yang menyebabkan. Ngga cuma petugas yang bertanggung jawab terhadap keamanan lalu lintas, tapi kita juga sebagai pengguna jalan bertanggung jawab untuk berkendara dengan hati-hati supaya ngga merugikan orang lain. Semua punya peran nya sendiri-sendiri.


Tambahan, mungkin bermanfaat : http://www.transparansi.or.id/wp-content/uploads/1998/11/kajian3_lalin.html
18 April 2013

(nothing) Impossible



Impossible - Shontelle





Impossible - James Arthur

Be a smart girl, because just beautiful is not good enough






Hari ini aku mau cerita tentang apa itu cantik. Basi? hehehehe,,,, i know kalau topik ini mungkin udah banyak banget dibicarain. Tapi tiba-tiba tertarik ingin nulis tentang ini karena keingetan, dulu pernah dikasih oleh-oleh pin sama kakak yang ada tulisan nya "be a smart girl, because beautiful is not enough".

Suatu hari, pas lagi kumpul-kumpul sama teman-teman, ada teman cowok yang komentar gini ke aku, entah maksudnya bercandaan atau gimana : "kaki lu kaya pemaen bola, mana ada cewek kakinya kaya gitu". Yup, nggak tau kenapa tiba-tiba dia komentarin kaki aku, padahal aku nggak pake celana pendek atau rok (kalau pake bawahan yang pendek-pendek, kan kemungkinan dikomentarin lebih banyak :D). Dan pernah beberapa teman cowok juga bercandain tentang berat badan atau ukuran baju.

Trus aku langsung kepikiran, apa yang namanya cantik itu harus langsing? kalau seorang cewek punya ukuran kaki besar, atau kulit yang ngga putih, apa berarti dia ngga cantik? trus apa dong namanya kalau bukan cantik, ganteng? hahahaha, nggak mungkin kan.


Nggak dipungkiri emang saat ini definisi cantik masih terbatas hal-hal yang bisa dilihat dari fisik. Walaupun kalau kita tanya ke model-model atau artis cantik itu apa definisi dari 'cantik', mereka mayoritas akan bilang kalau cantik itu dari hati, inner beauty. Aku jadi penasaran, kalau seorang cewek baik hati, pintar, tapi nggak menarik dari segi wajah atau tubuh sama sekali, apa dia masih bisa lolos ajang-ajang kecantikan?.

"Mengapa wanita lebih suka dibilang cantik daripada pintar? karena laki-laki lebih hebat melihat daripada berfikir"


Aku lupa dimana pernah baca kalimat ini. Awalnya bingung maksudnya apa. Tapi kira-kita begini yang aku tangkap dari kalimat di atas. Kebanyakan cewek-cewek rela melakukan apapun untuk dibilang cantik. Entah itu dari sekedar pake make up, perawatan ke salon, sampai operasi-operasi plastik. Padahal mungkin kalau ditanya lagi, keinginan untuk dibilang atau dilihat cantik itu agar orang lain kagum, agar orang lain tau keberadaan kita. Karena kita berpenampilan 'cantik'. Bukan karena keinginan dari dalam hati sendiri. 

contoh gampangnya, ada orang diet yang alesannya karena mau kelihatan cantik dan langsing dimata orang, ada juga yang alesannya untuk kesehatan. Niat awal aja udah beda. Liat betapa banyak model-model catwalk yang sakit anoreksia atau bulimia demi terlihat langsing dimata orang lain.

Nah, trus apa hubungannya dengan para cowok? Ya, biasanya kita para cewek-cewek selalu mau dilihat cantik oleh para cowok. Supaya cowok-cowok kagum dan tau keberadaan kita. Dan emang nggak bisa dipungkiri, banyak cowok yang mengharapkan cewek 'cantik' buat kenalan terlebih dulu, bukan cewek 'pintar' yang diajak kenalan lebih dulu. Cowok-cowok cenderung melirik ke yang 'enak dilihat' dulu :D...
Karena cowok-cowok menginginkan cewek yang cantik, makanya cewek-cewek pun berusaha tampil cantik. Bukan bermaksud untuk bilang bahwa cowok-cowok itu nggak bisa berfikir loh yah, tapi karena menurut survey kebanyakan cowok emang memilih untuk mengutamakan 'yang enak dilihat'.

Sempet baca juga di sebuah majalah, ada seorang cewek yang cerita, dia punya temen cowok yang ngaku kalau menurut nya (si cowok itu), punya pacar tuh harus cantik!, supaya bisa 'dipamerin' ke orang-orang dan ada rasa kagum atau kebanggaan buat si cowok. 

Kita-kita para cewek seharusnya jangan mau kalau cuma dibilang 'cantik' sama cowok-cowok. Jangan bangga kalau cuma cantik aja. Kalau cuma cantik, apa bedanya kita sama boneka? boneka barbie juga cantik, makanya banyak orang suka, but, barbie tetep aja cuma boneka yang dipajang, sebagai penghias, dan sesekali dimainkan.

Sebenernya ini cuma masalah cara pandang aja. Aku tau kok banyak juga cowok-cowok yang suka sama cewek yang pintar dan asik diajak ngobrol. But, menurut aku, seharusnya kecantikan itu datang sendiri. 'Karena ceweknya pintar dan nyambung pas diajak ngobrol, baik hati, makanya tuh cewek jadi terlihat cantik dimata si cowok dengan caranya sendiri'. Bukan kecantikan yang didahulukan, 'karena ceweknya cantik dan langsing, makanya si cowok mau kenalan'. 


Saking pengennya dilihat cantik, sampai ada kata-kata beauty is pain, beauty is expensive
Jujur aja kadang aku pernah tanya ke diri sendiri, kenapa aku nggak secantik si A, kenapa badan aku nggak selangsing si B, kenapa kulit aku nggak seputih si C. Kenapa temen-temen cowok lebih suka main sama D dan suka banding-bandingin (komentarin) aku, apa karena aku nggak secantik mereka semua?. Nggak cuma temen cowok, pernah ada temen cewek yang ngeliat aku heran dengan cara berpakaian aku yang paling cuma jeans, kaos, jaket, dan sendal kemana-mana. Ada juga yang aneh karena aku nggak pernah bawa alat kecantikan kalau pergi kemana-mana. 


Tapi, aku langsung ngerubah cara pandang aku. Tuhan menciptakan semuanya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita nggak akan pernah ngerasa cukup kalau kita selalu membandingkan dan nggak bersyukur. Terkadang kebiasaan membandingkan itu datang dari paradigma orang-orang sekitar kita, yang tanpa disadari ikut menyeret kita supaya memiliki cara pikir yang sama. Cantik itu bukan hidung mancung, badan langsing, size baju kecil, kulit putih, berat badan dibawah 50, dll. Itu cuma kecantikan "fisik". Kecantikan kamu bukan diukur dari apa pakaian yang kamu kenakan, apa merk produk perawatan kecantikan kamu, berapa berat badan kamu. Karena menurut aku, orang yang masih menomor satukan hal-hal seperti itu untuk mendefinisikan "cantik" hanyalah orang-orang berpandangan sempit. 


Banyak cara untuk menjadi cantik. Karena pada dasarnya semua wanita diciptakan cantik. Right?. Pakai make up boleh, ingin terlihat cantik saat first impression boleh, tapi jangan jadikan kecantikan polesan itu sebagai pakem kita untuk melihat seseorang cantik atau tidak secara keseluruhan. Definisi cantik dari fisik ibarat 'kulit' yang tebalnya hanya beberapa milimeter. Yang bisa hilang terkelupas dan dangkal. Cantik akan datang sendirinya dari sikap dan cara pikir kita. 


Coba lihat ibu kita, kalau dilihat secara fisik, apa ibu kita secantik natalie portman atau artis-artis lain? tapi kalau kita berfikir dari sisi lain, tentang kasih sayang Beliau, tentang cinta Beliau yang tulus, pengorbanan Beliau, yakin, pasti ibu akan menjadi wanita tercantik dimata kita. 

So, kalimat don't judge a book from it's cover memang terdengar basi, tapi maknanya ternyata nggak pernah basi dan 'dalem' kalau kita mau berpikir dari sudut pandang lain.
Cukup jadi diri kamu sendiri aja, tunjukkan kalau kamu bisa jadi 'cantik' dengan cara kamu sendiri. Kamu bisa bikin kagum orang lain dengan kemampuan kamu, prestasi kamu, dan masih banyak lagi. 

"seseorang akan terlihat cantik/tampan karena kamu mencintainya dan menerima nya apa adanya. Bukan : kamu mencintainya karena dia terlihat cantik/ tampan".

Have a nice day Cantik,,, ^^

Smile, you are beautiful... 
10 April 2013

Repost dari page facebook Darwis Tere Liye

*Kenapa Tere Liye MENOLAK Kontes Putri2an


Saya menolak kontes putri-putrian, dan menghimbau wanita manapun agar tidak ikut. Kenapa? Saya tidak akan membawa dalil agama dalam tulisan ini, saya akan gunakan saja logika, biar sama kuat. Toh, kalaupun saya membawa agama, frekuensi radionya sudah kadung berbeda.

Kenapa saya menolak kontes putri-putrian? Simpel, hei, tidakkah kalian telah membaca belasan novel Tere Liye, ratusan artikel, ribuan catatan, saya menulis tulisan yang hendak memuliakan wanita. Kecantikan tidak pernah dinilai dari sisi fisik. Saya menyanjung wanita agar mandiri, berpendidikan, percaya diri, dan semua karakter positif lainnya. Saya menulis kisah Laisa dalam novel/film Bidadari-bidadari Surga, meski beribu laki-laki bahkan melihatnya saja ogah, karena Laisa pendek, gempal, rambutnya keriting, jalannya seperti robot, jari tangannya tertekuk, tapi sungguh dia adalah bidadari surga dengan seluruh pengorbanannya untuk adik-adiknya, untuk keluarganya. Hatinya yang cantik, maka cantik sudah sisanya. Saya meletakkan karakter wanita begitu terhormat, memuji mereka sebagai sosok yang amat penting, dalam banyak novel dan tulisan.
Saya mendidik pembaca tulisan saya agar menyingkirkan menilai orang lain dari sisi fisik. Mati-matian menanamkan pemahaman baik tersebut, mulai dari tidak memandang rendah orang-orang di sekitar kita yang tidak cantik, atau bahkan punya keterbatasan, hingga pemahaman bagaimana sebuah 'kecantikan' hakiki tersebut. Bertahun-tahun saya melakukannya, terus menerus, lantas orang-orang dengan mudahnya kemudian menanamkan pemahaman sebaliknya lewat kontes putri-putrian, dengan gemerlap seolah hebatnya, padahal, sorry to say, kontes putri-putrian adalah produk dari industri artifisial. Itu bisnis. Mulai dari bisnis kosmetik, hingga positioning industri raksasa di belakangnya. Tidak pernah ada logika kontes putri-putrian itu memuliakan wanita.

Maka, apapun itu bentuknya, mulai dari Miss World, Miss Universe, hingga kontes Puteri Kerudung, puteri muslimah, sama saja. Tidak ada bedanya. Mau mereka bilang yang dinilai juga behaviour, brain, hei, lantas kenapa yang menjadi finalis hanya wanita-wanita cantik saja? Mau mereka bilang yang dinilai bisa mengaji, bisa ilmu agama, dan sebagainya, kenapa yang ada di atas panggung hanya wanita-wanita cantik menurut definisi umum saja? Tidak perlulah membumbui hal-hal yang memang sejatinya kontes kecantikan. Semua kontes ini hanya urusan bisnis, sponsor, tontonan, rating, kapitalisme yang berkedok.

Silahkan jika ada yang punya pendapat berbeda. Itu hak semua orang. Sama berhaknya saya mengemukakan pernyataan ini. Tetapi jika kalian menyukai dunia tulisan Tere Liye, mengerti maksud tulisan-tulisan tersebut, kalian akan paham, kita tidak boleh menilai orang lain dari fisiknya. Semua wanita terlahir cantik. Dan cantiklah semua wanita yang memiliki pemahaman: bahwa keunggulan fisiknya tidak akan diperlombakan, dipertontonkan, dan hal-hal yang jika dipikir lebih mendalam, justru merendahkan diri sendiri.

Salah satu argumen peserta kontes putri-putrian macam Miss Universe itu adalah, mereka bisa menaikkan turis mancanegara, meningkatkan pariwisata.

Well yeah, mari kita lihat datanya, Kawan. Venezuela adalah negara yg memenangkan Miss Universe 2008 dan 2009, kalian tahu berapa pertumbuhan turis mancanegara mereka setelah wanita mereka menang? Minus 3%. Jepang yang memenangkan tahun 2007, pertumbuhan turisnya setelah menang, nol sekian persen saja.

Dan Kanada, menang tahun 2005. Berikut data kunjungan turis di negeri itu:
19.145.000 2004
18.771.000 2005
18.265.000 2006
17.935.000 2007
17.142.000 2008

Menakjubkan, sejak menang Miss Universe, kunjungan turis ke Kanada turun drastis dari 18juta orang tinggal 17 juta orang. Di mana letak dampak kontes putri-putrian itu?

Saya ingin sekali orang-orang yang mendukung kontes putri-putrian, membaca data-data tersebut. Kita ini sedang diperdaya oleh industri artifisial. Jangan-jangan kita sedang menjadi alat bisnis saja. Dan sangat menyedihkan, jika mereka tidak tahu, kecil sekali, bahkan nihil saja kontribusi kontes-kontesan ini bagi kemajuan pariwisata. Bagi pemilik televisi, rating, sponsor, dsbgnya sih iya, maju bisnisnya.

Tulisan ini hanya bagi yang mau memikirkan ulang banyak hal.

Tidak ada itu yang disebut dengan sekolah/universitas paling keren, fakultas paling elit, jurusan paling hebat. Kalaupun ada, biarin saja orang lain sibuk membangga-banggakannya, membicarakannya.


Bagi kita, yang membuat keren, elit atau hebat proses belajar itu adalah kita sendiri. Lakukan yang terbaik, terus belajar sungguh-sungguh, mencintai prosesnya, maka semua akan dengan sendirinya keren, elit dan hebat. Jadi jangan cemas memilih pendidikan masa depan, meskipun pilihan kita tidak terlihat mentereng di mata orang.

--Tere Lije, repost
08 April 2013

3 Sisi dari kecelakaan Juke-Xenia


Apa kamu pernah membayangkan terlibat dalam sebuah kecelakaan yang menewaskan 5 orang sekaligus?. Menyaksikan kendaraan di depan kamu hancur berkeping-keping dengan 5 orang penumpang yang tewas seketika?. Saya tidak pernah membayangkan kejadian seperti ini. Dengan tangan saya sendiri, mengendarai mobil sendiri, dan kecelakaan itu terjadi. Tidak pernah saya bayangkan harus menjadikan satu orang anak menjadi yatim piatu, kehilangan ayah ibu dan anggota keluarganya karena keterlibatan saya. Kamu bayangkan berita kecelakaan ini menyebar cepat ke seluruh media masa, sosial media, dan seketika puluhan, bahkan ratusan orang tau tentang hal ini dan memanggil kamu dengan sebutan 'pembunuh'. Mencaci maki, menghujat, menyalahkan kamu karena telah membuat seorang anak menjadi yatim piatu untuk selamanya, sementara kamu? Tuhan masih menyelamatkan nyawa kamu dan memberi kamu kesempatan. Kesempatan untuk dihina dan disumpahi. Saya tidak pernah sekalipun berpikir untuk merenggut nyawa orang lain, apalagi 5 orang sekaligus. Dan ini akan menjadi bayang-bayang seumur hidup saya. Mengikuti saya kemanapun saya pergi. Membuat orang tua, serta orang-orang yang saya sayangi malu dan ikut-ikutan dihujat. Ketakutan karena dilabeli sebagai keluarga atau teman si 'pembunuh'.


***

Ibu, Bapak, Adik, dan semua nya sekarang sudah dipanggil Tuhan. kenapa Tuhan nggak panggil aku juga?.

Aku tau seharusnya aku bersyukur karena aku masih selamat dari kecelakaan itu. Tapi aku nggak bisa berhenti bersedih kalau mengingat bahwa aku sekarang sendirian. Nggak ada lagi bapak yang akan ngelindungin aku dan mencari nafkah untuk sekolah aku, nggak ada lagi ibu yang selalu mendamaikan aku ketika aku takut, nggak ada lagi tawa adik yang menghibur... Semua karena satu hal, kejadian kecelakaan itu, yang membuat semua orang yang aku sayangi pergi saat itu juga. Entah bagaimana kejadiannya, yang aku ingat hanya sebuah mobil melayang dari jalur sebelah dan menghantam mobil yang aku kendarai sekeluarga. Dan nggak pernah terpikirkan sama sekali bahwa aku akan kehilangan 5 anggota keluarga ku sekaligus. Aku sekarang sendirian, kecelakaan itu mengambil paksa kebahagiaan dan keluarga aku, untuk selamanya. Aku ngga tau lagi apa yang akan terjadi esok. yang aku tau cuma, kehilangan secara tiba-tiba itu sangat menyedihkan.


***

Musibah itu bisa terjadi kapanpun dimanapun. Tanpa kita harapkan atau bayangkan sebelumnya. Siapa yang pernah membayangkan akan mencelakai bahkan merenggut nyawa 5 orang sekaligus dalam satu kejadian? Siapa yang pernah membayangkan akan kehilangan 5 anggota keluarga sekaligus karena sebuah kecelakaan?.

dan spekulasi terjadi, kejadian tabrakan yang menewaskan banyak orang sekaligus selalu jadi pembicaraan hangat media. Si A, seorang anak yang baru berusia 18 tahun kini dilabeli sebagai 'pembunuh' karena mobil yang dikendarainya menghantam mobil di jalur lain sehingga menewaskan 5 orang penumpang dimobil tersebut. Orang-orang menghujat ketika banyak media menyebarkan foto-foto sosial media si anak yang menunjukkan foto sebuah botol bir merek ternama dan gambar speedometer dengan kecepatan tinggi. Entah apa maksudnya foto-foto tersebut. Yang jelas pihak kepolisian memberitakan bahwa si anak negatif narkoba dan negatif alkohol. Namun, bagaikan "gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga", hal-hal yang berkaitan dengan si anak menjadi negatif dimata orang-orang, entah itu teman-temannya, keluarga, bahkan kampus tempat ia belajar. masyarakat tidak peduli bahwa si anak bebas narkoba atau alkohol, hanya karena (mungkin) keisengan si anak yang memposting foto-foto itu ke internet, semua orang meyakini bahwa si anak memang buruk, dan alhasil menyeret-menyeret nama keluarga, teman, dan kampusnya. 

Setiap kejadian memang pasti ada pro dan kontra. begitupun dengan kasus ini. Sosial media dan berita yang dipenuhi dengan balas-balasan komen dari orang-orang yang pro dan kontra terhadap kecelakaan ini. Teman-teman yang mendukung dan menyemangati si A, beralasan bahwa kecelakaan itu bukan salah nya dan mengatakan bahwa foto-foto sosial media yang sudah ada lebih dari 3 bulan sebelum kecelakaan itu tidak bisa dijadikan barang bukti, menyebarkan screenshot dari sebuah forum yang menceritakan kronologi kecelakaan dari seorang saksi mata, mengatakan bahwa kecelakaan itu karena ban pecah. Serta orang-orang yang menganggap bahwa kecelakaan itu salahnya, karena suka ngebut di jalan. Sok-sok an ngebut dijalan tol dengan mobil mewah yang bukan dibeli dari uangnya sendiri. Sok pamer gambar botol bir dan balapan mobil. Orang-orang lalu membandingkannya dengan afriyani atau rasyid rajasa. mengatakan bahwa si A anak yang dimanja dengan kemewahan, anak bocah yang sudah diberi mobil mewah dan kepercayaan menyetir sendiri. Bersalah menjadikan seorang anak menjadi yatim piatu untuk selamanya.

bagaimana kisah nyatanya saya pun tidak tau. orang-orang sibuk berspekulasi karena foto-foto si A yang dipajang dimedia sosial, serta akun sosial medianya yg tiba-tiba dihapus. yang lain berada di zona abu-abu, tidak menyalahkan si A tapi turut bertanya-tanya apa maksud foto-foto tersebut, dan sebagian lagi turut sedih dengan nasib si anak yang yatim piatu tiba-tiba.

Salah satu pelajaran yang bisa saya ambil dari sini adalah, bahwa sesungguhnya ketika kita ingin memposting sesuatu baik status atau foto ke media sosial, kita harus sadar bahwa saat itu juga kita membolehkan orang lain melihat, mempunyai, bahkan menggunakan itu tanpa kita sadari. terserah tujuannya sekedar iseng atau ingin pamer ke orang lain, yang jelas, orang-orang akan memiliki penilaiannya masing-masing jika melihat itu. jadi sebaiknya kita memilih untuk menjadi orang baik dan menghindari peluang orang lain akan berfikir negatif tentang kita.



Satu lagi, semewah apapun mobil kita, selapang apapun jalan yang kita lewati, kita harus selalu berhati-hati ketika menyetir. Pastikan kondisi kendaraan baik, konsentrasi, dan jaga kecepatan aman. Walaupun misalnya kendaraan kita bisa dipacu sampai 180 Km/h, tolong ingat bahwa anda berpotensi untuk kecelakaan dengan kecepatan itu, bahkan dengan alat-alat safety seperti di acara f1, anda tetap berpotensi untuk mengalami kecelakaan. Terlebih lagi, anda harus ingat, ketika menyetir, apalagi ketika ada orang lain (keluarga atau teman) di dalam mobil anda, keselamatan mereka bergantung pada anda, Anda pasti tidak mau diri anda, orang lain, atau keluarga anda mendapat bahaya...


Terima kasih, semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua. bahwa umur manusia tidak ada yang tahu, kapan dan bagaimana caranya, nobody knows. Semoga semua mendapat ketabahan, kesabaran, kesehatan, dan kebijaksanaan.

13 March 2013

What's Your Passion?

Baru aja secara ga langsung melakukan sesi curhat dengan seorang dosen yang kalo di sekolah-sekolah, mungkin istilahnya "guru BK atau guru BP". Dan keluar dari ruangan, justru saya semakin 'galau'.

Keinget lagi beberapa semester yang lalu, ketika mengikuti sebuah seminar dikampus, saya sempat ditanya 'passion kamu dimana?' oleh si pembicara yang adalah senior saya dikampus yang sudah bekerja. Dan saya kebingungan. Apa sebenarnya passion saya?

Kembali lagi ke saat ini,dimana saya dihadapkan pada pertanyaan yang sama, dan ternyata, sampai sekarang, saya belum tau pasti apa jawabannya. Saya belum menemukan apa passion saya secara spesifik.

Jujur aja, saya masuk ke jurusan saya sekarang 'agak' terpaksa. Sebenarnya dulu saat SMA saya tertarik dengan salah satu mata pelajaran, namun, karena pemikiran bahwa kalau kuliah di jurusan itu ujung-ujungnya paling cuma bisa jadi guru, dan sedikit ketakutan bahwa akan susah dapat pekerjaan dan saya nggak mau itu terjadi karena jujur saja, saya punya beban mental yang saya rasakan secara pribadi bahwa saya harus segera 'bergaji' dan 'membalas' jasa orang tua saya -salah satu caranya dengan segera bisa ngasih duit ke beliau-beliau-, akhirnya saya memutuskan untuk ambil kuliah jurusan sekarang. Jurusan bergengsi, yang saya tau, Ayah saya juga bangga karena anaknya bisa masuk jurusan ini.

Tapi sekarang, apa ini benar-benar passion saya?. Saya sekarang merupakan mahasiswa tingkat akhir yang tengah dilanda kegalauan pertanyaan 'mau jadi apa nanti?'. Saat kecil mungkin kita bisa dengan gampang menjawab, anak-anak punya ketertarikan dan impian yang besar. Namun dengan segala sesuatu yang terjadi, semakin besar, saya semakin sadar bahwa jalan itu berkelok-kelok. Ngga selamanya rencana kita sejalan dengan kenyataan.

Masuk ke jurusan ini, dan mengambil mata kuliah pilihan (yang disini, walaupun pilihan, tapi tetep aja ada aturan-aturan yang bikin mahasiswa terkadang bilangnya 'mata kuliah paksaan' ^^). Akhirnya, sekarang, disinilah saya. hanya tinggal beberapa bulan sebelum saya harus benar-benar langsung terjun ke dunia kerja dan masyarakat, saya masih merasa belum punya bekal yang cukup untuk menghadapi dunia kerja. Masih belum punya ilmu yang cukup untuk bisa bersaing dengan banyak orang diluar sana.

Saya curhat, sebenarnya karena saya bingung apa yang harus saya lakukan, dan saya butuh ide dari pandangan orang lain terhadap masalah saya, tapi, saya paling bingung kalau saran yang diberikan dikembalikan ke diri saya sendiri. hahahah,, orang saya nya juga bingung, malah dibalikin lagi, kan makin bingung saya. makin ga tau apa yang harus dilakuin.

Envy kalo lihat orang yang udah bisa menemukan dimana passion mereka. lihat si A yang jago nulis dan lihat tulisan-tulisan dia dimuat dimajalah, atau lihat si B yang bisa ngejalanin bidang kerjanya sesuai passion sehingga dia sangat percaya diri ketika bekerja.

Menurut salah satu pembicara seminar, passion itu penting. karena dengan passion, seberat apapun itu, kita akan senang melakukannya. Orang cenderung akan lebih sukses jika 'nyemplung' ke suatu hal yang sesuai passionnya. Ibaratnya kalau udah cinta, suka duka pun dijalanin dengan senang hati. nah, masalahnya adalah, gimana kalo seandainya seseorang nggak bisa menjalani bidang sesuai passionnya karena satu dan beberapa alasan yang sebenarnya juga bukan keinginan dia? bisa nggak kita berbelok di tengah jalan? Nah, itu yang saya belum tau jawabannya. Bisa nggak orang yang 'berbelok' sama suksesnya dengan orang yang dari awal memang sudah menjalani semuanya sesuai passion?

Kesimpulannya adalah, punya passion itu penting. Mengenali apa yang benar-benar diinginkan oleh diri sendiri itu bisa mempermudah kita. jangan sampai disaat-saat terakhir kita malah bingung.
Ada pendapat bahwa skill itu bisa diasah, memang, tapi akan lebih memudahkan ketika kita sudah bisa belajar tentang skill itu dari awal. Bukan dengan cara 'belok' yang berarti harus banyak yang dipelajari dari awal.

Bicara masa depan, mungkin pembicaraan paling serius yang pernah ada. mau jadi apa? mau seperti apa? mau menjalani hidup seperti apa?. Menemukan passion sejak awal, dan berusaha menjalani semua bidang sesuai passion, memang ga mudah, akan banyak hambatan dan faktor-faktor dari luar. tapi memang akan lebih gampang buat kita ketika tau apa yang jadi passion kita, karena istilahnya,kalau kita udah tau 'passion' nya, kita udah punya peta yang nunjukkin kita mau kemana..
Passion harus spesifik, agar kita tau apa yang harus kita kuasai, apa yang harus kita punya, apa yang harus kita pelajari. Dengan punya passion, ilmu kita akan lebih spesifik, dan otomatis kita bakal punya suatu kemampuan atau skill yang lebih dibidang tersebut, dan itu jadi nilai kompetensi kita didunia kerja. Dibandingkan orang yang punya banyak keinginan, belajar banyak hal, tapi ngga spesifik. Yah, bayangin aja dokter spesialis yang lebih mahal biaya berobatnya dibanding dokter umum.


So, what's your passion?


14 February 2013

Valentine?

Who is my valentine? Ngga ada.
Aku nggak pernah ngerayain valentine dan nggak berniat merayakan itu dengan seseorang. Karena dipikir-pikir juga, ngucapin sayang sama orang tua aja jarang banget... 


Ada yang masih inget lagu ini?


Lagu ini judulnya "Cinta Untuk Mama", penyanyi aslinya namanya Kenny. Lagu ini udah ada dari pas aku kecil dulu, tapi aku lupa muka anak yang nyanyiinnya. Sekarang dinyanyiin ulang sama Vidi Aldiano.


Satu lagi, lagu nya Ada Band feat Gita Gutawa...
Ayah -Yang Terbaik Bagimu




14 Februari buat Mama dan Papa

Ma, Pa, hari ini 14 Februari. Kalo kata orang-orang, hari ini hari Valentine, hari Kasih Sayang. Hehehe,,, walaupun kata orang-orang hari ini adalah hari dimana kita bisa ungkapin kasih sayang ke siapa pun, tapi aku tau, jangankan perayaan hari Valentine, kita sekeluarga bahkan nggak pernah mau ambil pusing sama perayaan ulang tahun. Iya, bener Ma, Pa, tradisi-tradisi itu memang ngga ada di dalam kepercayaan kita.

Ma, Pa, bukannya mau ikut-ikutan perayaan Valentine, tapi aku tiba-tiba mau nulis sesuatu buat Mama sama Papa. Dibilang surat cinta? mungkin nggak juga, soalnya aku ngga bisa ngerangkai kata-kata indah buat Mama sama Papa. Aku yakin kita sekeluarga sepakat bahwa ungkapin kasih sayang nggak perlu dalam bentuk barang, atau pada hari tertentu aja. Kita sekeluarga jarang dan nggak terbiasa saling ungkapin rasa sayang satu sama lain. Tapi hari ini aku sadar, aku ngga pernah ungkapin rasa sayang aku ke Mama Papa secara langsung. Malu, segan, nggak terbiasa. Tapi hari ini aku pengen banget bilang ke Mama Papa kalau aku sayang sama Mama Papa.


Ma, Pa, terima kasih udah ngebesarin aku dari kecil sampai sebesar ini, 
Terima kasih udah ngajarin banyak hal-hal berharga dalam hidup aku,
Terima kasih untuk selalu ngasih aku kepercayaan yang tiada banding
Terima kasih untuk selalu ada buat aku
Terima kasih untuk selalu bisa "membaca" walaupun aku ngga berkata-kata
Terima kasih untuk selalu ingat ketika aku lupa
Terima kasih untuk kebebasan yang aku dapat
Terima kasih karena ngga sekalipun menuntut apa-apa dari aku
Terima kasih untuk selalu tau walaupun aku diam
Terima kasih untuk selalu jadi cahaya dalam hidup aku
Terima kasih udah selalu ngejaga aku
Terima kasih atas kesabaran tiada banding 
Terima kasih untuk setiap tawa yang aku rasakan
Terima kasih udah ngelengkapin hidup aku
Terima kasih udah jadi orang yang pertama dan kedua kuatir ketika aku pulang malam
Terima kasih udah memahami bahwa gadis kecilnya sekarang udah mulai beranjak dewasa
Terima kasih udah ngajarin gadis kecilnya untuk hidup mandiri, tegar, dan kuat 
Terima kasih udah ngajarin tentang baik buruknya dunia
Terima kasih udah jadi sosok yang paling mengerti aku
Terima kasih untuk semua hal yang aku alami dalam hidup

Terima kasih untuk kasih sayang Mama sama Papa,
Terima kasih udah jadi Mama dan Papa aku

26 January 2013

Hemat Energi

Liat di kalender, kebetulan ada tanggal merah yang mepet weekend, waaah,,, kesempatan buat pulang ke Jakarta. Lumayan walau cuma 4 hari.
Sampai di Jakarta, selain disambut dengan air banjir yang masih menggenang di beberapa lokasi dan kemacetan yang udah mulai sejak di tol dalam kota, disambut hal baru juga dirumah. Bukan, bukan rumah baru, apalagi adek baru ^^.
Setelah diperhatiin,,, dirumah semakin banyak gadget! Yup, mungkin bukan hal baru buat orang-orang yang memang punya banyak gadget. Tapi menurut aku, itu sama aja dengan semakin banyak listrik yang dihabiskan untuk charge baterai.
Kalau dipikirin secara seksama, daerah perkotaan memang jadi konsumen terbesar energi. Bayangkan berapa banyak mobil di Jakarta (yang tiap hari semakin bertambah dan ngebuat macet), pastinya nggak cuma seliter dua liter bahan bakar yang diperluin. Dirumah, selain lampu-lampu untuk penerangan, juga ada televisi, kulkas, komputer atau laptop, mesin cuci, dispenser, AC, radio, dll. Bayangin berapa banyak energi listrik yang dipakai. Sekarang mungkin udah hal biasa kalau dirumah ada minimal 2 TV, minimal 2 AC, dan masing-masing anggota keluarga bisa punya HP lebih dari 1, tablet, laptop, camera, dll. 

Berita-berita udah banyak yang ngasih tau tentang bahayanya global warming, masalah kerusakan lingkungan yang semakin parah, penebangan hutan (banjir jadi salah satu dampaknya), krisis energi, dan jumlah sampah di dunia. Bayangin kalau sumber energi bener-bener habis dan nanti kita bahkan nggak akan bisa untuk nyalain lampu satupun. Atau sampah yang udah banyak banget dan nggak tau harus dibuang kemana, dan kita terpaksa hidup berdempetan sama tempat-tempat sampah.
Mungkin saat ini kita ngga perduli, dan masih berpikir "kalau cuma buat ngecharge 2 HP, 1 laptop, atau ngisi bahan bakar 2 mobil gue, nggak bakal abis lah",,, eits,,, tapi gimana kalau nggak cuma kamu yang mikir kaya gitu? gimana kalau semua orang mikir kaya gitu dan tetep nggak efisien dalam menggunakan sumber daya? bukan nggak mungkin bayangan itu bakal jadi kenyataan.

Ada baiknya kalau kita juga lebih peduli sama masalah lingkungan. Pakai AC adem sih,,, tapi kan lebih enak kalau udara sejuknya alami, kaya kalau kita liburan ke villa di pegunungan yang udaranya masih alami dan pemandangannya bikin fresh mata dan otak. Banyak orang pakai AC karena ngerasa Jakarta udah sangat panas. Padahal yang ngebikin Jakarta panas ya salah satunya nggak adanya ruang terbuka hijaunya. Ditambah polusi dimana-mana. Dan penggunaan AC berlebih justru makin nambah kerusakan ozon dan global warming di seluruh dunia. Dinginnya sekarang, panasnya nggak akan berkurang sampai nanti-nanti.

Ada baiknya mulai sekarang kita mulai hemat energi. Nggak ada yang tau kapan minyak di dunia akan habis. Indonesia aja sekarang nggak banyak ditemuin tambang minyak lagi. See? kalau tiba-tiba persediaan bahan bakar di dunia habis dan semua harga jadi melonjak, kamu mau?

Aku browsing dan nyari cara-cara simple yang bisa menghemat energi, beberapa hal simpel yang bisa menghemat energi diantaranya:
1. Matikan lampu yang nggak terpakai. Siang hari kalau bisa nggak usah nyalain lampu. Buka jendela supaya sinar matahari bisa masuk dan jadi "penerangan alami". atau pas malam hari mau tidur, biasakan matikan lampu. Selain bisa menghemat energi, tidur dengan lampu dimatikan katanya lebih sehat lho.
2. Buang sampah pada tempatnya. Nggak perlu banyak penjelasan tentang hal ini. Udah dari kecil kita diajarin, dan dengan musibah banjir kemarin, kita-kita udah bisa mikir sendiri.
3. Matikan air ketika sedang cuci tangan atau menggosok gigi. Kadang-kadang kita suka ngga sadar, pas cuci tangan (sabunan), atau pas sikat gigi, kita ngebiarin keran terbuka dan air mengalir. Padahal itu pemborosan banget. Air cuma bakal terbuang sia-sia.
4. Tanam pohon atau tanaman hijau lain. Nggak usah yang gede-gede kaya pohon jati atau apa. Tanam aja yang kecil-kecil dulu. Itung-itung bantu program penghijauan lingkungan dan bikin udara tambah sejuk.
5. Charge semua peralatan elektronik seperlunya. Jangan biasain charge lama-lama (bisa bikin rusak baterai juga), dan segera cabut kabelnya dari colokan ketika udah selesai digunakan. Charger yang dibiarin tetap "nyolok" saat ngga dipakai buat nge charge juga katanya merupakan pemborosan, karena listrik tetap mengalir.
6. Bikin barang daur ulang. Ini buat meminimalisir sampah. kalau beli apa-apa, suka banyak pembungkus dan kemasannya yang sekali pakai. Nah, dengan reuse, reduce, dan recycle, kita bisa membantu ngurangin volume sampah.